Di kalangan medis, darah tinggi dikenal dengan istilah hipertensi. Hipertensi adalah sebuah penyakit yang populer di kalangan masyarakat kita, bahkan di dunia. Namun, tahukah Anda bahwa hipertensi merupakan penyakit yang relatif sulit disembuhkan secara optimal? Kunci menangani penyakit ini adalah dengan pencegahan. Pencegahan lebih efektif dan ampuh ketimbang menyembuhkan penyakit ini.
Secara medis, hipertensi dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu curah jantung (cardiac output) dan tahanan pembuluh darah (resistensi pembuluh darah atau ketebalan pembuluh darah). Kedua variabel itu saling mempengaruhi satu sama lain. Bila jantung berkontraksi terlalu besar yang menyebabkan meningkatnya curah jantung, maka pembuluh darah akan menebal agar pembuluh tidak meledak karena aliran darah yang meningkat. Begitu pun sebaliknya, pembuluh darah yang menebal akan menyebabkan aliran mampet sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih kencang.
Tahukah Anda bahwa dua variabel tersebut ternyata diatur oleh dua mekanisme, yaitu mekanisme hormonal dan mekanisme sistem saraf otonom (tidak sadar)? Pengaturan hormonal ini diatur oleh otak. Otak kita memiliki fungsi yang cukup luas, termasuk dalam hal mengatur emosi. Marah, bahagia, sedih, kecewa, tenang, dan berbagai emosi lainnya menimbulkan sinyal listrik di otak. Artinya, kondisi mental kita memberi sinyal-sinyal listrik di otak.
Dari pemaparan tersebut, bisa kita lihat bahwa ada keterkaitan antara kualitas kesehatan manusia dan kondisi kejiwaan atau mental. Secara tidak langsung, dua variabel (curah jantung dan tahanan pembuluh darah) yang menyebabkan hipertensi ada kaitannya juga dengan kondisi kejiwaan. Tahukah Anda bahwa di otak kita ada bagian yang bernama hypothalamus yang berfungsi sebagai pengatur utama pengeluaran hormon tubuh? Nah, ketika stres terjadi, yang tentu saja itu terjadi karena kondisi kejiwaan, maka sinyal stres itu akan menggiatkan jalur HPA (Hypotalamus-Pituitari-Adrenal atau jalur hormonal) di tubuh kita yang memiliki dampak meningkatnya hormon kortisol di dalam tubuh. Meningkatnya hormon kortisol inilah yang memicu meningkatnya curah jantung dan penebalan pembuluh darah. Sehingga, stres (yang berasal dari kondisi kejiwaan) dapat menyebabkan penyakit hipertensi itu.
Penelitian mengenai hubungan antara kondisi psikis, sistem syaraf (neural), dan sistem hormonal (endokrin) inilah yang kemudian melahirkan disiplin ilmu Psikoneuroendokrinologi. Kondisi jantung yang berdebar karena marah atau degdegan karena cinta merupakan cakupan dari sistem psikoneuroendokrin.
Tahukah Anda bahwa stres bisa menjadi pemicu terjadinya hipertensi? Sebaliknya, suasana hati yang santai, tenang, dan damai mencegah terjadinya hipertensi. Saat terjadi hipertensi, jantung akan berdetak lebih keras. Penyebabnya adalah stres yang memungkinkan seseorang marah-marah tidak jelas, dan lain-lain. Sebaliknya, jantung dalam kondisi sehat tidak akan berdetak terlalu keras. Jantung akan berdetak dengan tenteram dan penanda jantung dalam keadaan sehat secara optimal. Kondisi ini dimungkinkan oleh suasana hati yang tenang yang didapatkan jika kita bisa bersikap positif. Positive thinking memungkinkan kita untuk tidak memikirkan hal-hal yang bisa menimbulkan stres. Ingat, stres salah satunya dipicu karena memikirkan sesuatu yang sebenarnya belum tentu terjadi (negative thinking).
Tahukah Anda bahwa salah satu terapi mendapatkan hati yang tenang atau kondisi positive thinking adalah dengan senantiasa mengingat Allah (zikrullah)? Al-Quran menerangkan bahwa “hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Bila stres dapat menyebabkan hipertensi, maka hati yang tenang (akibat zikrullah) tentu akan menenangkan hati. Hati yang tenang karena selalu berpikir positif ternyata dapat merangsang otak untuk mengeluarkan hormon yang disebut sistem opioid endogen atau sistem penenang dalam tubuh. Sistem ini memiliki berbagai efek. Salah satunya efek pada sistem saraf otonom simpatetik yang berdampak pada penurunan curah jantung sehingga jantung berdetak lebih tenteram. Sistem opiod endogen juga mampu mengeluarkan beragam hormon, seperti endorphin, enkephalin, dan semacamnya yang berfungsi sebagai penenang. Pikiran positif yang disebabkan oleh zikrullah akan menghambat jalur HPA sehingga kadar kortisol dalam darah pun akan turun. Tentunya ini berdampak pula pada turunnya tekanan darah.