Optimisme, husnu dzan, berpikir positif atau yang lebih dikenal dengan positive thinking adalah sebuah formula. Sebuah paradigma. Sebuah kerangka pikiran. Sebuah sistem cara berpikir. Memandang sesuatu dari segi baiknya saja, kendati orang lain menganggapnya buruk.
Orang optimis biasanya lebih mungkin bisa mencapai yang ia inginkan, bila dibanding dengan orang pesimis, yakni orang yang melihat sesuatu dari sudut buruk. Orang pesimis telah gagal, bahkan sebelum mulai sesuatu. Orang optimis telah berhasil, bahkan sebelum ia memulai pekerjaannya.
Kabar tentang optimis dan pesimis telah lama terdengar. Yang berguna untuk kita hanya bicara perkara optimis. Karena kita terpengaruh oleh sesuatu yang sering kita bicarakan, karena pembicaraan adalah hasil pikiran. Kalau kita tak ada kerjaan, boleh menguping setiap pembicaraan orang di kampung kita.
Di sana akan ditemukan hal tak terduga, yakni, ternyata selama ini orang hidup dalam lingkungan yang pesimis. Tidak ada harapan untuk maju. Tidak ada harapan untuk hidup bahagia. Sebagian besar orang terjebak dalam paradigmanya sendiri. Paradigma yang jauh dari kenyataan semesta.
Perbedaan Orang Optimis dan Pesimis
Bila ada sebuah gelas yang terisi setengah dengan air, orang optimis bilang, “o, airnya masih ada setengah gelas.” Orang pesimis bilang, “O, gelasnya hampir kosong.” Bila ada uang seribu rupiah yang telah dibelanjakan tiga ratus rupiah, orang optimis bilang, “O, uangnya masih ada tujuh ratus.” Orang pesimis bilang, “O, uangnya gak ada lagi tiga ratus.
Bila ada sebuah gelas yang terisi setengah dengan air, orang optimis bilang, “o, airnya masih ada setengah gelas.” Orang pesimis bilang, “O, gelasnya hampir kosong.” Bila ada uang seribu rupiah yang telah dibelanjakan tiga ratus rupiah, orang optimis bilang, “O, uangnya masih ada tujuh ratus.” Orang pesimis bilang, “O, uangnya gak ada lagi tiga ratus.
Bila datang ke sebuah padang rumput, orang optimis melihat rumput yang indah dan subur, sementara orang pesimis melihat duri dan semut.
Dalam perkara perkembangan kampong kita kini, orang optimis adalah orang yang mencari penyelesaian dari tiap masaalah yang ada. Sementara orang pesimis adalah orang yang mencari masaalah dari penyelesaian yang telah diusahakan orang.
Orang pesimis adalah pengeluh, tukang demo, tukang korupsi, tukang bajak, tukang tipu, dansebagainya. Setiap hal yang merugikan manusia dan alam adalah hasil pekerjaan orang pesimis, yakni orang yang disebut tukang pakai, disebut hanya minta dilayani, namun tidak pernah memberi pelayanan.
Rakyat Optimis
Dalam kondisi kampung kita kini, rakyat yang optimis adalah yang melakukan sesuatu dengan kemampuannya yang ada seraya terus mencari cara supaya ia dapat mengembangkan diri. Rakyat optimis hanya mengandalkan usahanya sendiri, pun mencari celah agar orang yang lebih duluan maju membantunya. Rakyat optimis tidak sbuk mencari bantuan pemerintah, namun ia menciptakan usahanya sendiri, jika tak ada modal, ia berusaha minta sama orang yang mau mempercayainya sampai dapat.
Dalam kondisi kampung kita kini, rakyat yang optimis adalah yang melakukan sesuatu dengan kemampuannya yang ada seraya terus mencari cara supaya ia dapat mengembangkan diri. Rakyat optimis hanya mengandalkan usahanya sendiri, pun mencari celah agar orang yang lebih duluan maju membantunya. Rakyat optimis tidak sbuk mencari bantuan pemerintah, namun ia menciptakan usahanya sendiri, jika tak ada modal, ia berusaha minta sama orang yang mau mempercayainya sampai dapat.
Orang optimis adalah orang yang berfikir bahwa rezeki di dunia ini begitu banyak, sehingga ia berusaha keras untuk meraihnya, ia yakin rezeki yang bayak itu pasti ia dapatkan, jika tak cepat, mungkin juga kurang cepat, namun ia yakin pasti mendapatkannnya, meski dengan melalui beberapa ketidakberhasilan.
Dalam hal beusaha, orang optimis bersedia menunda mengaharap hasil sampai waktu yang sesuai untuknya. Jadi, orang optimis bukan tukang utang. Ia dapat menikmati apa yang telah ia dapatkan, seraya mencari yang lain.
Pemeluk Agama Optimis
Dalam hal beragama, orang optimis hanya berfikir untuk mencari fahala dan berbuat baik untuk manusia lain. Orang beragama yang optimis tidak menyibukkan diri dengan mengkritik ibadah dan gaya hidup orang lain. Ia lebih banyak memberi jalan keluar dari orang lain, dan ia tak pernah menyalahkan siapapun meski memang salah, namun, ia mengajukan penyelesaian.
Dalam hal beragama, orang optimis hanya berfikir untuk mencari fahala dan berbuat baik untuk manusia lain. Orang beragama yang optimis tidak menyibukkan diri dengan mengkritik ibadah dan gaya hidup orang lain. Ia lebih banyak memberi jalan keluar dari orang lain, dan ia tak pernah menyalahkan siapapun meski memang salah, namun, ia mengajukan penyelesaian.
Orang optimis selalu merasa dirinya aman dan terlindung. Ia merasa semua orang adalah saudaranya. Hidup orang optimis adalah hidup orang yang bahagia. Ia selalu membantu orang lain keluar dari kesulitan, tetu saja sesuai kemampuannya. Ummat optimis lebih bayak mengingat surga dari neraka.
Pemerintah Optimis
Pemerintah optimis adalah pemerintah yang menganggap rakyat selalu bersamanya untuk membangun negeri. Pemerintah menganggap seluruh rakyat adalah saudaranya. Pemerintah bertindak sebagai pengasuh, sebagai orang tua bagi seluruh rakyat. Pemerintah yang begini adalah pemerintah yang diidolakan sepanjang zaman.
Pemerintah optimis adalah pemerintah yang menganggap rakyat selalu bersamanya untuk membangun negeri. Pemerintah menganggap seluruh rakyat adalah saudaranya. Pemerintah bertindak sebagai pengasuh, sebagai orang tua bagi seluruh rakyat. Pemerintah yang begini adalah pemerintah yang diidolakan sepanjang zaman.
Penjabat kuasa yang optimis adalah pejabat yang berprinsip bahwa jabatannya sebagai amanah yang harus ia pertanggung jawabkan. Ia sadar bahwa ia digaji oleh mayarakat. Pejabat optimis sadar, apa yang ia makan dan pakai adalah hasil keringat rakyat, yakni hasil pajak, dan sebagainya.
Pejabat optimis bertindak sebagai penunjuk jalan bagi kemajuan bangsanya. Ia bekerjasama dengan segenap rakyat yang beberapa orang lebih pandai dari dia. Misalnya, ia jadi gubernur, pejabat yang optimis menyadari selalu ada orang yang lebih pandai dari dirinya dalam propinsi itu.
Kendati ia adalah orang nomor satu di wilayahnya, ia tahu, orang lain yang lebih pandai itu, mungkin saja tidak mau menjadi pejabat di kursinya sekarang. Pejabat optimis hanya ambil yang haknya saja. Ia bukan tukang rampok uang mayarakat yang disebut koruptor itu.
Atasan Optimis
Atasan optimis adalah yang mampu membuat bawahannya bekerja maksimal. Atasan yang begini bisa membuat suasana tempat bekerja yang ia pimpin sebagai tempat yang penuh kegembiraan dan persaudaraan. Kehadirannya selalu dinantikan bawahan. Ia disayangi, bukan disegani, apalagi ditakuti. Ia mampu menyemangati siapapun, kendati keadaan perusahaannya sedang dalam masaalah besar. Ia selalu bisa menunjukkan peluang untuk maju. Dalam mulutnya selalu keluar kata ‘Ayo!” tak pernah mulutnya mengucapkan “Jangan!”
Atasan optimis adalah yang mampu membuat bawahannya bekerja maksimal. Atasan yang begini bisa membuat suasana tempat bekerja yang ia pimpin sebagai tempat yang penuh kegembiraan dan persaudaraan. Kehadirannya selalu dinantikan bawahan. Ia disayangi, bukan disegani, apalagi ditakuti. Ia mampu menyemangati siapapun, kendati keadaan perusahaannya sedang dalam masaalah besar. Ia selalu bisa menunjukkan peluang untuk maju. Dalam mulutnya selalu keluar kata ‘Ayo!” tak pernah mulutnya mengucapkan “Jangan!”
Manusia Optimis
Orang optimis mampu menghidupkan sebuah kampung yang telah mati. Ia bisa membuat sesuatu yang dibilang lingkungannya tak mungkin. Orang optimis bisa mempengaruhi bangsanya yang tertindas untuk menuntut merdeka. Ia seorantg motivator handal dan ulung. Hidup bersama orang semacam ini adalah sebuah anugrah. Ada anugrah yang lebih besar, yakni, membuat diri kita menjadi optimis dalam segala hal. Optimis adalah sikap yang membuat seseorang menjadi pemenang.
Orang optimis mampu menghidupkan sebuah kampung yang telah mati. Ia bisa membuat sesuatu yang dibilang lingkungannya tak mungkin. Orang optimis bisa mempengaruhi bangsanya yang tertindas untuk menuntut merdeka. Ia seorantg motivator handal dan ulung. Hidup bersama orang semacam ini adalah sebuah anugrah. Ada anugrah yang lebih besar, yakni, membuat diri kita menjadi optimis dalam segala hal. Optimis adalah sikap yang membuat seseorang menjadi pemenang.
Satu hal yang lebih menggembirakan, orang optimis bisa membuat orang di sekelilingnya ikut optimis, tentulah jika aura keoptimisannya lebih besar dari orang-orang tersebut. Jika ingin punya aura optimis yang besar, maka kita harus menguasai tehnik berkomunikasi yang efektif. Komunikasi efektif diperlukan karena budaya kita penduduk bumi bersumber darinya. Dan kita tahu, bapak moyang komunikasi adalah berbicara, selanjutnya barulah menulis.
Para orator ulung dan para penulis besar telah mengubah dunia dengan kemampuan berkomunikasi yang mereka miliki. Itu semua terjadi karena mereka telah berpikir optimis jauh-jauh hari sebelum ia dikenal orang. Saat ia mulai ke puncak pencapaiannya, amat banyak tantangan yang harus ia tundukkan. Ia terus berjalan di jalan yang telah ia pilih. Yang orang tahu hanyalah secuil keberhasilannya, sedangkan ratusan, bahkan ribuan ketidakberhasilannya tak dihiraukan lagi. Begitulah hasil pola pikir optimis.
Kendati begitu, optimisme kadang jadi bencana. Optimisme yang begitu disebut optimisme buta. Optimisme semacam ini dipraktikkan tanpa pendukung yang memadai. Orang semacam ini disebut pemikir optimis, artinya optimis itu hanya dalam pemilirannya saja, namun ia tak menyediakan pendukung. Jika ini yang terjadi, dapat dipastikan, orang itu takkan berhasil.
Optimis yang tepat adalah optimisme positif. Orang begini disebut peyakin positif. Bedanya hanya pada pendukung. Misalnya, jika diturunkan ke sebuah danau, pemikir positif lansung turun ke danau itu, ia menganggap danau itu dangkal dan ia bisa berenang walau tak pernah mempelajarinya. Sedangkan peyakin positif adalah orang yang telah bejajar berenang, dan ia telah mencari tahu, berapa dalam danau itu.
Para pemikir positif sering membawa kehancuran, sedangkan para peyakin positif sering membawa kemajuan, kendati butuh waktu lebih lama. Dalam hal politik, politik praktis adalah cara berpolitik orang pesimis. Sedangkan politik manusiawi dipraktikkan peyakin positif. [Oleh: Thayeb Loh Angen]
No comments:
Post a Comment